Jumat, 15 Juli 2016

KAYA TANPA MEROKOK


Pernyataan “kaya tanpa merokok” sama artinya dengan pernyataan “miskin karena rokok”. Mengapa demikian?

Rokok adalah sesuatu barang yang diisap dan mengeluarkan asap yang tanpa memberikan manfaat bagi tubuh, baik tubuh perokok sendiri maupun tubuh orang yang berada di sekitarnya. Sudah banyak penelitian tentang dampak negatif merokok serta zat yang terkandung dalam rokok dan asapnya. Penelitian tersebut pun sudah tersebar dengan luas di masyarakat, tetapi tetap saja orang yang sudah kecanduan rokok tidak mau berhenti merokok.

Ada dua gambaran yang akan saya kemukakan terkait rokok dan kekayaan. Pertama, saya pernah memiliki kawan yang merupakan seorang anak saudagar tembakau kaya. Tembakau merupakan salah satu bahan untuk rokok. Kawan saya bercerita bahwa ayahnya melarang dengan keras anak-anaknya merokok. Jika ada anaknya yang melanggar larangannya tersebut, sang ayah akan menghukumnya dengan keras. Mengapa demikian? Sang ayah tahu bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan. Jadi keluarganya dilarang merokok. Tembakau hasil panenannya adalah untuk dijadikan rokok yang diisap oleh orang lain. Hasil panenannya inilah yang membuat kaya keluarga besar kawan saya.

Secara logis, petani padi atau sayuran atau petani ikan akan memanfaatkan sebagian dari hasil panennya untuk dikonsumsi oleh keluarganya, disamping untuk dijual kepada orang lain. Hal itu dikarenakan dia ingin menikmati hasil jerih payahnya bersama keluarga dan produknya tersebut memberi manfaat bagi tubuh mereka. Namun bagi petani tembakau tidak selalu demikian, mendatangkan keuntungan ekonomi bagi keluarganya tanpa mengindahkan kerugian bagi keluarga konsumennya.  

Gambaran kedua saya jumpai saat mewawancarai responden saya yang berprofesi sebagai nelayan kecil. Penyebutan nelayan kecil karena mereka mencari atau menangkap ikan di dekat pantai dan menggunakan perahu kecil, hasil tangkapannya pun tidak terlalu banyak. Beberapa nelayan tersebut menyatakan bahwa mereka tidak punya uang alias tidak kaya. Saat ditanya tentang sekolah anak-anak mereka, jawabannya adalah mereka hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai tingkat sekolah dasar (SD) saja karena tidak punya uang untuk menyekolahkan ke tingkat yang lebih lanjut (SMP). Ironisnya, sang nelayan menyatakan bahwa mereka itu miskin sambil tetap merokok di hadapan pewawancara. Hal tersebut menunjukkan suatu kondisi yang ironis, tidak punya uang untuk menyekolahkan anaknya (miskin) tetapi mampu membeli rokok rata-rata dua bungkus sehari. Demi kenikmatan atau kesenangan sesaat sang ayah, masa depan anaknya tidak diperhatikan.

Ditinjau dari segi keadilan gender, yang banyak diuntungkan dalam hal ini adalah sang ayah (lelaki dewasa). Meskipun dalam kondisi tidak punya uang (saat paceklik), tetapi tetap masih dapat merokok meski dari segi harga adalah rokoknya yang termurah. Pada saat panen, harga rokoknya pun meningkat, seperti rokok Gudang Garam atau Dji Sam Soe yang mahal. Bagaimana dengan sang ibu (perempuan dewasa)? Dia tidak merasakan kenikmatan atau kesenangan yang setara dengan sang suami, karena sang ibu tidak merokok. Istri harus tetap menyisihkan uang untuk pembelian rokok sang suami, disamping belanja keperluan rumah tangganya. Demikian halnya dengan anak-anaknya baik lelaki maupun perempuan, sama-sama dirugikan karena tidak dapat lanjut sekolah. Pada umumnya sang anak lelaki bekerja sebagai nelayan juga; sedangkan anak perempuan kadangkala dinikahkan. Semua itu dilakukan untuk meringankan beban keluarga.

Dari uraian di atas, tampak bahwa rokok itu merugikan kesehatan tubuh dan mengurangi kemakmuran keluarga sang perokok. Disamping itu menunjukkan bahwa kekayaan para pengusaha rokok di Indonesia bersumber dari uang orang-orang miskin yang perokok. Ironis sekali. Sayang sekali mutu sumber daya manusia Indonesia dihancurkan oleh rokok yang tidak ada manfaatnya bagi tubuh dan finansial, selain hanya untuk sekedar kesenangan saja.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita untuk meningkatkan mutu bangsa Indonesia dengan mengelimir rokok dari kehidupan keluarga Indonesia. Aamiin….